Rabu, 18 Maret 2015

Tipologi desa

Tipologi desa dapat dilihat berdasarkan segi pemukiman maupun dari tingkat perkembangannya. Tipologi desa dilihat dari pola pemukiman menurut landis (1948): 1)farm village type adalah suatu desa orang berdiam bersama dalam suatu tempat dengan ladang sawah sekitarnya. Tipe ini biasanya di kawasan asia tenggara. Dasar gotong royong sangat kuat. Tetapi karena sistem pertanian sekarang bersifat komersial karena adanya revolusi hijau. Tipologi jenis ini berdekatan dengan kota sehingga banyak alih fungsi produktif pertanian. 2)neboulus farm village type adalah suatu desa sejumlah orang berdiam dalam suatu tempat sebagian menyebar di luar tempat tersebut bersama sawah lahan mereka. Terdapat di daerah sulawesi, maluku, dan irian jaya. Masih terdapat pola bertani yang tidak tetap atau perladangan yang berpindah-pindah. Faktor tradisi dan kolektifitas sangat kuat di kalangan masyarakat ini. 3)Arranged isolated farm type adalah desa dimana orang berdiam di sekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan trade center (TC) dan selebihnya sawah ladang. Tipologi ini terdapat pada negara barat. Tradisi disini kurang kuat, dan individualistis lebih menojol. 4)pure isolated farm type adalah suatu desa dimana orang berdiam tersebar bersama sawah ladang masing-masing. Tipologi ini terdapat di negara barat. Tipologi desa Menurut Roger .et.al. (1972): 1)The scattered farmstead community adalah sebagian orang berdiam pada pusat pelayanan yang ada, sedangkan yang lain terpisah bersama ladang mereka. 2)The cluster village adalah dimana penduduk berdiam terpusat pada suatu tempat, dan selebih dari itu adalah sawah mereka. 3) The line village adalah rumah penduduk berada pada sepanjang tepi sungai atau jalan raya. Jika 1 dan 2 kebanyakan terdapat pada pulau jawa. Sedangkan tipe yang ketiga paling jelas terlihat adalah desa-desa pulau jawa, yang terdapat banyak sungai dan umumnya sebagai sarana transportasi. Pemukiman penduduk desa berada di sisi kiri kanan jalan raya kebanyakan terdapat di daerah sulawesi(sulawesi selatan) dan sulawesi tenggara maupun di maluku. Tipologi desa yang dilihat dari perkembangan masyarakat maka setiap desa memperlihatkan ciri-cirinya tersendiri pada setiap tipe. Tipe pengelompokan yang diperkenalkan oleh ditjen PMD departemen dalam negeri sangat populer pada saat pemerintahan presiden soeharto dahulu. = desa tradisionil (pra desa) Tipe desa semacam ini kebanyakan dijumpai pada masyarakat suku terasing, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya, termasuk teknologi bercocok tanam, cara-cara pemeliharaan kesehatan, cara-cara memasak makanan dan sebagainya masih sangat bergantung pada pemberian alam di sekeliling mereka. Pembagian kerja diantara sesama mereka (anggota masyarakat yang ada) yang lebih menonjol adalah pembagian kerja berlandaskan jenis kelamin. Pekerjaan tertentu yang hanya boleh dikerjakan oleh wanita sedangkan laki-laki tidak dan demikian sebaliknya. = desa swadaya Desa ini memiliki kondisi yang relatif statis tradisionil, dalam arti masyarakatnya tergantung pada keterampilan dan kemampuan pimpinannya. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada faktor alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Susunan kelas masyarakat masih vertikal dan stati, kedudukan seseorang berdasarkan keturunan dan luas kepemilikan tanah. = desa swakarya (desa peralihan) Keadaan desa ini sudah mulai disentuh oleh pengaruh-pengaruh dari luar berupa adanya pembaharuan yang sudah mulai dirasakan oleh anggota masyarakat. Benih-benih demokrasi dalam pembangunan sudah mulai tumbuh, artinya sudah tidak lagi semata-mata bergantung pimpinan. Karya dan jasa serta keterampilan mulai menjadi ukuran dalam penilaian oleh masyarakat. Mobilitas sosial baik dalam bentuk vertikal dan horizontal. = desa swasembada Masyarakat telah maju, sudah mengenal mekanisasi pertanian dan teknologi ilmiah telah mulai digunakan, selalu berubah sesuai perkembangan. Partisipasi masyarakat sudah efektif, dan norma penilaian sosial dihubungkan dengan kemampuan dan keterampilan seseorang. = desa pancasila Desa ini merupakan tipe ideal yang dicita-citakan bersama yaitu dengan tercapainya masyarakat adil dan makmur. Perkembangan tiap desa diatas untuk sampai klasifikasi tingkat perkembangan desa tertentu, diukur atau dinilai berdasarkan indikator tertentu yang ada pada setiap desa tersebut. Indikator seperti imbang daya unsur dari dalam desa itu serta intensitas pengaruh unsur luas, yang ditentukan oleh posisi desa terhadap pusat unit wilayah lebih besar dan pusat fasilitas. Kegiatan ekonomi yaitu primer, sekunder, dan tersier. Ketergantungan desa dengan kota atau sebaliknya Terdapat semacam interaksi, yang telah melahirkan ketergantungan. Interaksi dilihat sebagai suatu proses sosial, proses ekonomi, budaya dan sebagainya, cepat atau lambat menimbulkan suatu kenyataan. Interaksi terjadi karena adanya unsur dari dalam desa., amupun di dalam kota itu. Menurut Yosef S. Roucek (1963) interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita atau surat kabar. Pertanyaan Ekdes 1. Mengapa dalam kehidupan bermasyarakat tiap desa memiliki topologi yang berbeda?? Apakah dampak kalau pemerintah menerapkan topologi yang diseragamkan tiap daerah??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar