Rabu, 15 Juli 2015

makro algae

  1. Caulerpa peltata dengan ciri morfologinya mempunyai talus tegak dengan permukaan stipe halus dan blade berbentuk lembaran, sedangkan model percabangan yaitu pectinate (cabang talus tumbuh pada satu sisi), sedangkan holdfast berbentuk stolon yang tumbuh tegak atau merambat di substrat, berwarna hijau, panjang stipe atau menyerupai batang. Habitat banyak ditemukan di substrat berpasir maupun menempel pada karang dan sering terdapat di zona pasang surut atau intertidal.
  2. Halimeda opuntia dengan ciri morfologinya mempunyai talus kompak, bentuk blade berupa lembaran-lembaran kecil dengan permukaan kasar. Percabangan segmen bertumpuk menjalar dan membentuk pertumbuhan baru. Segmen relatif kecil berbentuk pipih, bulat, dan bergelombang. Warna bagian bawah yang menyerupai blade biasanya berwarna putih dan bagian atas permukaan berwarna hijau tua atau hijau mudah. Tunas segmen baru terletak pada segmen utama pada bagian lekukan. Umumnya habitatnya berada pada sela-sela karang yang hidup atau mati, batu, pecahan karang dan berpasir. Holdfast menyerupai kumpulan akar serabut yang mampu melekat pada substrat maupun partikel pasir.
  3. Halimeda macrophysa dengan ciri morfologinya mempunyai talus kompak, permukaan agak kasar dengan bentuk blade berupa lembaran. Bentuk holdfast atau akar menyerupai serabut. Percabangan dari spesies ini yaitu dichotomus (bercabang dua) atau trichotomus (bercabang tiga), warna hijau tua atau hijau mudah, dimana segmen tepi berlekuk-lekuk. Habitat dari alga ini yakni pada substrat sela-sela batu karang atau menempel pada karang mati, selain itu tumbuh pada daerah pantai yang memiliki perairan yang jernih.
  4. Tydemania expeditionis dengan ciri morfologinya mempunyai talus tegak keras dan bulat, dalam talus utama lurus dengan interval 1 cm antara talus yang lain. Warna hijau tiap gulungan talus, sedangkan pertumbuhan thallinya dengan percabangan dichotomus (becabang dua) atautrichotomus (bercabang tiga). Bentuk holdfast berbentuk rhizoid. Habitatnya pada substrat karang dan berpasir, umumnya dapat ditemukan pada kedalaman 5-30 m kemudian jarang dijumpai di areal terumbu karang.
  5. Valonia ventricosa dengan ciri morfologinya mempunyai talus bulat dengan permukaan halus, berwarna hijau tua, berdinding tipis, melekat pada substrat dengan holdfast berbentuk cakram pelekat, tidak bercabang. Kebanyakan ditemukan soliter, habitatnya banyak ditemukan di zona pasang surut atau daerah intertidal. Hidupnya menempel pada batu karang atau pecahan karang. Kadang juga sebagai epifit pada tanaman lamun. Penyebarannya banyak ditemukan di perairan tropis dan subtropis.
  6. Neomeris annulata dengan ciri morfologinya mempunyai talus silinder, tabung dengan tinggi biasanya mencapai 30 mm. Alga ini memiliki permukaan halus dan licin. Bentuk holdfastnya yaitu rhizoid dan memiliki warna hijau-keputihan atau bagian ujung talus warna hijau dan bagian bawah berwarna putih, percabangan terdapat cabang utama. Habitatnya tumbuh menempel pada substrat batu, karang hidup dan karang mati.
  7. Codium arabicum dengan ciri morfologinya mempunyai talus saling berkaitan antara satu thalli dengan thalli yang lain. Permukaan lunak dan halus. Warna hijau muda atau hijau tua. Bentuk holdfast yang melekat pada substrat yaitu rhizoid. Habitatnya tumbuh menyebar di zona intertidal dan subtidal dengan substrat berkarang atau berpasir.
  1. Dictyota dichotoma dengan ciri morfologinya mempunyai talus berbentuk pipih seperti pita, dengan permukaan talus halus berwarna coklat tua. Pinggiran yang berbentuk blade atau daun yaitu bergelombang atau bergerigi dan ujung daun ada yang runcing, tumpul atau rata. Percabangan dichotomus (bercabang dua) atau trichotomus (bercabang tiga) membentuk rumpun yang rimbun. Habitat dari spesies alga ini yakni substrat berkarang, berbatu dan daerah terumbuh karang.
  2. Colpomenia peregrina dengan ciri morfologinya mempunyai talus lembaran, dengan permukaan licin, halus dan lunak fleksibel (gelatinous). Bentuk holdfast yaitu cakram sederhana, pola warna dari alga ini yaitu merah tua, merah muda atau kecoklat-coklatan. Tidak memiliki percabangan. Berimbun dan tumbuh melekat pada substrat berkarang, berbatu, berpasir dan di daerah sisi luar rataan terumbu karang yang umumnya selalu terendam air laut dan terkena ombak langsung.
  3. Hormophysa cuneiformis dengan ciri morfologinya mempunyai talus tegak, rimbun dan permukaan halus. Bentuk holdfastnya seperti cakram dan rhizoid pendek, yang melekat pada substrat. Bagian pangkal thalli menyerupai tangkai, warna coklat mudah. Percabangannya tidak beraturan dimana cabang-cabang talus tumbuh pada talus utama atau polystichous. Habitat dari spesies alga ini yaitu hidup di zona pasang surut atau zona intertidal dan bagian subtidal dengan substrat berkarang, berpasir dan berbatu.
  4. Turbinaria decurrens dengan ciri morfologinya mempunyai talus yang menyerupai stipe tegak, kasar dan terdapat bekas-bekas percabangan, sedangkan bentuk bladenya yang menyerupai kerucut segitiga dengan pinggir bergerigi dan bagian tengah blade atau daun melengkung ke dalam. Percabangannya ferticillate atau cabang-cabang talus tumbuh dengan melingkari talus sebagai sumbu utama. Holdfastnya berbentuk cakram kecil. Warna hijau tua, hijau tua dan orange.
  1. Amphiroa foliacea dengan ciri morfologinya mempunyai talus bersegmen pendek, pada bagian bawah silindris, sedangkan bagian atas agak runcing. Rimbun dengan percabangan talusdichotomus atau bercabang dua dan dapat mencapai tinggi sekitar 5-10 cm. Substansi talus keras dan rapuh mengandung zat kapur. Habitat spesies alga ini yakni substrat berkarang dan umumnya di daerah rataan terumbu karang.
  2. Actinotrichia fragilis dengan ciri morfologinya mempunyai talus bulat, keras dengan permukaan kasar. Membentuk rumpun dan rimbun, dengan percabangan dichotomus (mendua arah). Melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram. Warna merah muda, orange atau pirang.
  3. Gracilaria salicornia dengan ciri morfologinya mempunyai talus bulat, licin, berbuku-buku atau bersegmen-segmen. Alga ini biasanya membentuk rumpun. Sedangkan percabangan talusnya berbentuk polystichous atau banyak cabang pada talus utama. Bentuk holdfast yang melekat pada substrat yaitu rhizoid. Alga spesies ini memiliki warna talus hijau dan kuning di bagian apeks thalli. Habitatnya pada karang, berpasir dan di daerah rataan terumbu karang yang tumbuh menempel.
4. Kappaphycus alvarezii dengan ciri morfologinya mempunyai talus silindris, permukaan stipe licin, dan memiliki duri lunak yang kecil yang terdapat pada cabang-cabang talus. Percabangan talus yaitu dichotomous (bercabang secara dua arah). Spesies alga ini memiliki warna merah, merah-coklat, hijau-kuning. Holdfast berbentuk cakram kecil yang melekat pada substrat. Alga makro ini biasanya ditemukan secara rumpun, untuk di bagian talus atas percabangannya mengecil dan bagian ujung runcing. Habitat umumnya tumbuh pada perairan laut yang jernih yakni pada zona intertidal dan subtidal, sedangkan substratnya umumnya yaitu berpasir, lumpur karang dan efipit pada batu.


Thallus bentuk silindris dengan permukaan licin, cartilagunaeus, warna cokelat tua, hijaukuning atau merah ungu. Ciri khusus secara morfologis, jenis ini memiliki duri-duri yang tumbuh berderet melingkar , berbuku-buku pendek 1-1,5 cm. Percabangan dichotomus tidak teratur membentuk rumpun yang merimbun di bagian atas. Ujung thallus tumpul agakmembentuk lubang. Tinggi rumpun mencapai 5-7 cm (Anonim, 2009). Pada familia ini ditemukan 2 jenis antara lain : Eucheuma serra (gambar 19) dengan ciri-ciri thallus bentuk silendrik berdaging dan kuat dengan bintil-bintil atau duri yang mencuat ke samping, permukaan licin dengan warna thallus merah kecokelatan. Habitat tumbuh di bawah air surut dengan menempel kuat pada batu karang. Jenis ini banyak dibudidayakan sebagai penghasil agar-agar dan bahan makanan lainnya (Romimohtarto, 2005) ,dan Galaxaura rugosa(gambar 20) dengan ciri-ciri bentuk thallus silindris pada bagian pangkal sampai ujung, segmenthallus 0,5-1 cm, bagian ujung meruncing, rumpun lebih banyak membentuk percabangan di bagian atas cabang utama (Anonim, 2009).
Turbinaria memiliki ciri-ciri morfologi, daur hidup, cara reproduksi dan habitat seperti Sargassum hanya saja bentuk filoidnya menyerupai terompet (Setyawan,2000). Ganggang pirang (Turbinariasp.) termasuk ke dalam classis Phaeophyceae karena berwarna pirang karena dalam kromatoforanya terkandung klorofil a, karoten, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang menyebabkan ganggang itu berwarna pirang. Turbinaria sp. termasuk dalam Ordo Fucales karena talusnya berbentuk pita, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat dengan alat pelekat yang berbentuk cakram. Ujung-ujung talus agak membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebut konseptakel. Tubuhnya seperti pohon atau semak yang seolah mempunyai akar, batang dan daun. Daunnya menggangsing melebar hingga distal akhir membentuk batas helaian mahkota melalui barisan gigi. Bentuk talus seperti terompet. Habitat dari  Turbinaria sp. (ganggang pirang) yaitu di laut. Vesikula berada di tengah mahkota. Gametangia berongga pada permukaan reseptakel, talus bercabang mempunyai filoid seperti piramida atau corong yang melekat pada sumbu utama. Gelembung udara terletak pada filoid. Pada umumnya species ini ditemukan pada karang dengan pasang surut rendah dan area subtidal sampai ke daerah ke ombak sedang hingga ombak tinggi atau zona terang. Termasuk dalam ordo Fucales karena mempunyai talus berbentuk pita yang ditengah-tengahnya diperkuat oleh suatu rusuk tengah, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu dengan alat pelekat yang berbentuk cakram (Lovelles, 1989).
Menurut literature yang kami dapat bahwa jenis algae yang kita dapatkan mempunyai nama latin Padina Australis Hauck. Algae jenis ini memiliki ciri-ciri bentuk thallus seperti kipas membentuk segment-segment lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkampuran di bagian permukaan daun.Warna coklat kekuning-kuningan atau kadang kadang memutih karena terdapat perkapur.


Senin, 25 Mei 2015

another in heart

sebenarnya ada dorama yang kena banget dengan kehidupan saya lampau. drama ini judulnya operation love sebenarnya saya g mau ngulas masa lalu ini tapi sepertinya harus diungkapkan di blog ini supaya bisa move on dari masa lalu. ceritanya mirip banget dengan masa lalu saya nih perkenalkan dorama jepang ini 

drama ini menceritakan Ken Iwase yang menyesal karena tidak bisa mengatakan perasaannya sama Rei teman wanitanya sejak kecil bersama yang akan menikahi Tada laki-laki lain. dalam acara pernikahannya ternyata ken bertemu peri yang memberikan ken iwase kesempatan menjelajahi waktu untuk merubah takdirnya dan mengungkapkan perasaannya. hingga akhirnya ken iwase dapat hati dari rei dan Rei kabur dari pernikahan untuk mengejar Ken iwase yang  sedih  sampai detik akhir bisa mengungkapkan cinta tapi tidak bisa memilikinya. tpi ujungnya akhirnya hubungan Ken iwase akhirnya terwujud dengan Rei. 
tapi kisah saya kebalikannya saya punya teman kecil wanita dari dulu saya menyukainya dan selalu bersahabat dengannya tetapi tidak bisa mengatakan perasaan sama beliau. saya selalu bersahabat dengan dia hingga kuliah tpi pada suatu saat saya mengungkapkan perasaan dengan dia. tetapi dia menjawab terlambat mengungkapkan perasaan sama dia dan dia sebenarnya menyukai saya juga tapi dia telah bertunangan dengan pria lainnya yang telah lama dikenalnya jga saat kuliah. disini saya antara kesal dan menyesal karena tidak dapat mengungkapkan perasaan sejak dahulu dan melamarnya terlebih dahulu. disitu saya menjauh dari dia untuk menenangkan diri sendiri. pada suatu saat saya mendapatkan surat undangan pernikahan yang dikirimkan kepada saya. saya sebenarnya tidak mau menghadirinya tapi saya dengan ikhlas akan menghadirinya, apakah saya benarkah untuk datang??. pada hari pernikahan saya melihat dia dari belakang tempat tamu undangan dengan perasaan menyesal, sedih, dan putus asa. sebenarnya ingin lari dari keadaan ini tpi sayang g bisa malu karena banyak sahabat saya jga yang hadir. paling menyesek saat saya ke depan memberikan selamat pada pasangan. saya mengucapkan dengan terbata-bata dan dia pun sepertinya terbata-bata saat menyapaku. dan paling berat pun ketika panitia pernikahan menyuruh saya mengucapkan selamat terhadap pasangan lewat video. dengan berat hati saya memberikan selamat terhadap pasangan tersebut. mungkin saya masih sedih hingga saya langsung pamit pulang dari acara tersebut. balik dari acara perasaan saya seperti putus asa, sedih dan kecewa terhadap sendiri. sampai sekarang saya tidak interes dengan hubungan kadang sampai keluarga saya menyuruh saya untuk memilih dan menikah tpi saya selalu bilang ntar aj dll untuk mengelak. andai saja saya punya kesempatan seperti operation love memutar waktu mungkin saya akan memberikan terbaik buatnya dan mengatakan perasaan lebih awal tapi inilah realita kadang menyakitkan. sebenarnya saya masih tidak rela dengan pasangan tersebut apakah saya dosa?? terus bagaimana saya bisa move on dari dia untuk menjalanin kehidupan dengan wanita lain??. saya selalu menutupi perasaan ini dengan bekerja dan bekerja tapi tetap g bisa melupakannya. tolong minta saran dari pembaca blog ini kalau ada saran terima kasih

Selasa, 12 Mei 2015

cinta tak harus memiliki

       this is story of my life. im just people. im Mr R who live in someone place in south east asian. part of my life use for study but i have moment love in my life. first im including who man dont need love with woman. my day use for learn and play games. when junior high school im still opinion who need girl if im happy in my life. im including person not social with another kids. my real friend just 4 people in the class who support me. my full life use for learn and play games. but sometime i got moment love with woman. this name woman is Nanda. Nanda including into woman popular in my school. every man in school know her. every man failling love with her except me. but destiny unite me and her in same class. im include smart person in the class, like sport like soccer and martial art too. My friend hate me because im selfish and jealous with my ability. because jealous, i got bully from another friend. this time my mind always i dont need people. but when work in group, my teacher choice me same group with nanda. in heart im speak " who need girl?? i dont need girl, i can clear work alone, not need help". in mind always opinion the girl is very noisy and despise people with appearance. 
        next day time work group begin, im not enthusiastic :(. im and nanda work together for clear this work. Nanda question hard question to me. im answer that with hard intonation. in my thinking if disturb her maybe she give up and dont work with me. and then im can alone to finished alone and play games again. but when i look her face, she dont angry and smile look me. why she look me and smile. 
i question to her, why you smile to look me?? 
Nanda says "you look funny and im first see man not woo me when same work group". 
i tell her " seduce you??" 
nanda answer "yeah many man when same group with me, seduce and made me worried". 
i tell " sorry i dont like you and dont like woman" 
and then she smile when i say that. first woman who not angry with me when im disturb her. my heart beat fast. 
what happen with my heart?? i got heart attack??. in the day my work half finish. tomorrow i work again with her. 
       and next day i got bully with kids who dont like me. because i join martial art group this man invite me to versus with his. i dont like fighting and my teacher always tell me : martial art not to fight. im not against and then his punch take hit my stomach. this hurt but im not against with battle. and then Nanda see this bully and say " Stop, if not stop i will scream and tell teacher about this accident".  kids who bully me run far from location. "are you okay, R??" tell Nanda to me. "it is okay??" tell me. ""cmon, i will take you to school medical room." nanda say, "im okay" say me. nanda say to me " i dont like man who use strength for fight if you got bully with that man tell me" in my mind actually i can fight back to her.  when she help me, my heart beat very hard. first time i just failling in love with someone. 
       next day my nice friend is tease to me. he create fake letter with my name in this letter. in letter says  i love you very much you beauty etc. he sent to Nanda and then Nanda read this letter. she smile to me when she read letter. Nanda come near to me and then say " you love me??" and she smile to look my red face. im still says " of course not, just like begin to tell you, i dont like girl. this letter is fake!!" but in my heart, i love her very much. and then im thinking why i cant truth my heart to her. she smile and says "i waiting you to say that to me sometime". my face blush and became red. when that time me and Nanda very near. im escort to home together, and walk together. this is first time im protected someone and sacrifice for someone. when Nanda birthday, im save money for gift to his. but long time i will walk with her not have status corelation with his. 
      someday terrible day got me come be true.  because im still afraid to say love to her, Nanda exboyfriend  engage nanda to back to his. this day same plan i tell "i love her". i buy flower and chocolate for invite to become my girlfriend. i see nanda and her exboyfriend walk together and invite back to become girlfriend. nanda reply his invite in front my eyes. my heart is broke and destroy. my chocolate and flower throw to bin and leave. i lock myself in room and regretted my decision. nanda sms me but im always reply im sick 
                                                                                                   continous part 2





Senin, 23 Maret 2015

top ten JPRG in nds when i play

10. Soma Bringer
Under the warmth of the enormous ring that embraces the planet, enveloped within the atmosphere charged with Soma, people slumber, awaken, and live

This is a world where an energy called Soma dominates.

Lately, the balance of Soma tipped, and a mysterious life form, called visitors appeared and people started to live in fear. To defeat these visitors, the people established a military group called the Falsif. During an investigation in the Junel Forest, a member of the seventh troop met a girl who has lost all her memories, and thus...

9. Lufia the curse of sinistral 

Curse of the Sinistrals opens with a world flung unwillingly into war. Society is moving along, technology is advancing and people are minding their own business leading their lives when, out of nowhere, a voice in the sky rings out across the entire planet. It's Gades, the Sinistral of Destruction, and he declares to the globe that he's about to wipe out all existence unless someone dares step up to oppose him.

That someone, of course, is you. Playing as the red-haired monster hunter Maxim, you take up your sword and your arsenal of fire magic and face off against the self-declared god in the game's opening moments -- and get your butt handed to you. You survive the conflict, of course, and the real quest begins -- embarking on an adventure around the world to find and recruit the toughest warriors on the planet to join you in an epic rematch against Gades for the fate of humanity.

8. Solatorobo red the hunter 

Solatorobo stars a sky-pirate fox-dog who rides around on a robot called Dahak, and is set in a world of floating islands inhabited by anthropomorphic cats and dogs who all speak French. (Already, that should pique your interest.) With his sister Chocolat, Red the Hunter roams the skies in an airship in search of adventure, which comes to him in the form of a magical medallion stolen from a battleship that sets a whole fleet of baddies on his red-brown tail.

7. Pokemon Black and white 2 
Pokemon Black Version 2 and White Version 2 are set in the Unova region, two years after the events of Black and White. The land has undergone significant changes in that time, including most of the map mysteriously being covered in ice. The game will feature a brand new storyline, with new Protagonists (a new girl and a new boy, whom players can decide between at the game's outset), a new Rival, new Gyms and Gym Leaders, new Dream World funcionality, and new Pokemon forms (including Black Kyurem and White Kyurem - on display in the box art).

6. Luminous arc 1,2, and 3 
One thousand years ago, dragons and Witches warred against God for the fate of the world. God's power was triumphant, but it was a difficult struggle, and the deity sent Himself into a deep sleep to recover from the terrible wounds he suffered in the battle. Ten years ago, the Church has proclaimed that a great event will soon occur: God will be reborn, and the world will be led into a new golden age under His guidance. However, the witches are also fated to return, and the world is doomed to conflict once again. Take control of the Garden Children, a group of fighters and mages trained since childhood and dedicated to eradicating the Witch threat, and discover the mysteries behind their return, their motives, and their history!

5. Final Fantasy IV
I actually called this version easier all-around during my last preview with the game, though that was a big mistake in hindsight. The game is a bit more manageable during the opening hours as you get familiar with the new auto-battle system, the ability to check maps during dungeon crawling, and rip through the opening chapters of the story with Cecil and Kain both at the ready. Once things start to move along story-wise, however, things get very difficult, and FFIV quickly turns into a game designed specifically for the hardest of hardcore gamers.

4. Golden sun dark dawn 

In the 30 years since, the immense power of the Golden Sun has changed nearly everything. Continents have shifted. New countries have emerged. New species have appeared. But the world is now imperiled by a new threat.

Psynergy Vortexes, which suck the elemental Psynergy from both the land and power-wielding Adepts alike, are spreading across the world. The new generation of heroes -- the children of those from the previous games–are drawn into the mystery behind the vortexes, as they cross a chaotic world that is succumbing to a new evil...

Offering a planet-sized world of adventure to explore and conquer, Golden Sun: Dark Dawn puts the raw power of the elements in players' hands. Each of the game's playable characters is capable of carrying Djinn, spirits that imbue their owner with unique and powerful abilities. Players can collect more than 70 unique Djinn, granting them the ability to summon mighty deities who unleash devastating attacks that fill both Nintendo DS screens. Djinn powers can also be used to navigate puzzling dungeons and overworld environments that will have players flinging fireballs to burn away obstacles, freezing water to raise platforms, or summoning whirlwinds to create bridges out of floating objects.

3. Kingdom Heart 358-2 day 
Uncover the events that took place during the year Sora was asleep regaining his lost memories. Kingdom Hearts 358/2 Days revolves around Roxas, the "other" hero from Kingdom Hearts II, and his days as a member of Organization XIII. Follow Roxas and the rest of Organization XIII across the various Disney Worlds, and discover the connection between him, Sora and the mysterious 14th member, and the reasons behind his eventual departure from the organization. Kingdom Hearts 358/2 Days also features a multiplayer mode for the first time, allowing players to control their favorite Organization XIII members!

2. The world end with you 
The World Ends with You tells the story of Neku Sakuraba, an unsociable 15-year-old boy who unexpectedly wakes up in the Shibuya shopping district of Tokyo, Japan. While trying to piece together his rude awakening, he receives a strange text message warning him that he will cease to exist unless he accomplishes a certain mission. Although he barely has time to grasp what is happening to him, he commences his assigned task in the mysterious streets of Shibuya.

1. Suikoden tierkreis 
This all new, epic RPG in the long running Suikoden series incorporates many innovative features to the handheld RPG genre. An active online community experience is encouraged by allowing players to send their characters on quests that other members of the Suikoden: Tierkreis community will complete for them via Nintendo WiFi Connection. As your character travels around the community and completes quests he will eventually return to your party with new abilities and treasures. This provides a new way to level up characters your characters which helps create a sense of community and provides a new way to experience RPGs on handhelds. As players progress through the story, many exotic locations and cultures will be discovered across the game's universe of parallel worlds. With its grand adventure and larger than life scale, the story is told through rich animation sequences and gripping dialogue with voice over, which will pull the player even deeper into the world of Suikoden: Tierkreis.

Rabu, 18 Maret 2015

Aspek Kebencanaan Pada Kawasan Wisataan

BAB I LANDASAN TEORI 1.1. Landasan Teori Bencana bisa terjadi kapanpun dan dimanapun bahkan tanpa prediksi sebelumnya, terjadinya suatu bencana dapat disebabkan oleh faktor alam maupun faktor non alam yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban dan diiringi dengan adanya kerugian. Dampak dari terjadinya suatu bencana sangatlah merugikan bagi kelangsungan hidup masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengurangi atau meminimalisir kerugian yang ditimbulkan dari suatu bencana, yaitu dengan melakukan atau mempersiapkan suatu bentuk pencegahan atau mitigasi bencana (Rahman, 2012). Bencana alam (Natural Disaster) seringkali dianggap sama dengan bahaya alam (Natural Hazard). Bahaya alam meruapakan suatu kondisi atau peristiwa alam yang tidak normal seperti banjir, gempa bumi, letusan gunung api, dll. Sebagai bagian dari lingkungan, bahaya alam dapat terjadi dimana-mana namun tidak semua menimbulkan bencana alam (Awotona, 1997). Bencana alam merupakan keluaran dari interkasi antara bahaya alam dengan kerentanan (vulnerability) suatu kawasan atau wilayah. Kerentanan suatu wilayah dibentuk oleh kondisi fisik/lingkungan, sosial, ekonomi, politik, kelembagaan dan sistem serta praktek-praktek yang tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan di wilayah tersebut yang biasanya dihasilkan oleh kegiatan manusia (Awotona, 1997). Selain kerentanan, faktor lain yang seringkali berpengaruh terhadap bencana adalah capacities (kapasitas atau ketahanan), merupakan aspek positif dari situasi yang ada apabila dimobilisasi dapat mengurangi kerentanan dan memperkecil resiko wilayah terhadap bencana (Awatona, 1997). Menurut Spilane (1987), pariwisata adalah “perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”. Ditambah pula bahwa pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: (1) pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism); (2) pariwisata untuk berekreasi (recreation tourism); (3) pariwisata untuk budaya (culture tourism); (4) pariwisata untuk olah raga (sport tourism); (5) pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism);dan (6) pariwisata untuk berkonvensi (conventional tourism). Fandeli (1995) mengemukakan bahwa “pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dijelaskan pula bahwa wisata merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat tujuan lain di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah, melainkan untuk menciptakan kembali kesegaran baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. Sementara itu menurut Pendit (1990), pariwisata merupakan suatu sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik, seperti kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan, restoran dan transportasi. BAB II ISI JURNAL 2.1. Pengembangan pariwisata dan aspek bencana Pengembangan komponen pariwisata (daya tarik, akomodasi, fasilitas peninjang, dll) pada beberapa kawasan bahaya alam dapat memicu timbulnya bencana alam. Pembangunan fasilitas pariwisata (hotel, villa, akomodasi lain serta restaurant, dll) pada lereng bukit karena pertimbangan keindahan pemandangan. Dapat memicu timbulnya longsoran sehingga membahayakan pengunjung, pekerja, penduduk sekitar maupun pelaku mobilitas di kawasan tersebut. Terjadinya bencana pada beberapa kawasan wisata seperti di kawasan wisata puncak dan beberapa kawasan lain memberikan gambaran tentang pesatnya pembangunan rekreasi yang kurang memperhatikan daya dukung dan dampaknya terhadap lingkungan. Sejarah pengembangan pariwisata menunjukan bahwa cukup banyak kawasan wisata yang berkembang atau dikembangkan pada kawasan dengan resiko bencana. Beberapa kawasan wisata di sepanjang pantai, perbukitan, perairan, pernah mengalami bencana baik yang bersumber dari kawasan wisata tersebut maupun dari kawasan lain (Rosidie, 2004). Pemanfaatan pantai untuk pariwisata atau rekreasi memberikan tekanan pada kondisi lingkungan pantai. Hal ini dapat pula dilihat pada beberapa kawasan pantai dimana kegiatan pariwisata di kawasan pesisir telah memicu pertumbuhan permukiman khususnya rumah peristirahatan. Pada waktu tertentu. Jumlah pengunjung kadang-kadang melebihi jumlah penduduk lokal. Pengunjung tidak hanya berasal dari wilayah setempat tetapi juga dari kota-kota sekitar dan negara lain. Kegiatan wisata di pantai dapat merusak lingkungan yang rapuh dan sensitif, mengusur vegetasi penutup (mangrove maupun vegetasi pantai lainnya) dan meningkatkan erosi oleh angin. Akhir-akhir ini sering dijumpai adanya polusi suara dan perairan oleh jetski di pantai(Rosidie, 2004). Mengingat peran wisata yang cukup penting bagi peningkatan kualitas hidup manusia serta pengembangan kawasan, wilayah maupun kota maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja dan peran pariwisata dalam berbagai bidang kehidupan atau kegiatan tersebut. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat memperkecil kerentanan kawasan wisata terhadap bencana sehingga memperkecil jumlah kerugian dan korban jiwa serta kerusakan apabila terjadi bencana(Rosidie, 2004). BAB III KESIMPULAN Perlunya adanya kesadaran pembuat sektor wisata dengan memperhatikan kondisi wilayah dan geografis daerah tersebut. Memberikan pengajaran kepada masyarakat lokal untuk sosialisasi manfaat vegetasi yang ada sehingga vegetasi yang penting tidak dirusak dan menjaga lingkungan yang ada disekitar wilayah pariwisata. Tidak dipungkiri bahwa sektor pariwisata sangat berpengaruh pada pembangunan berkelanjutan tetapi harus melihat aspek lainnya terutama lingkungan agar terhindar dari bencana yang suatu hari akan melanda daerah tersebut. Menjaga fungsi vegetasi juga dapat mengurangi dampak kerusakan yang diakibatkan oleh bencana pada wilayah pariwisata. DAFTAR PUSTAKA Awotona, A. 1997. Recontruction After Disaster: Issues and Practises. USA: Ashgate Publishing Company. Fandeli, Ch. 1995. Pengertian dan Kerangka Dasar Kepariwisataan dalam “Dasar-dasar manajemen Kepariwisataan Alam”. Editor:Ch, Fandeli, Liberty, Yogyakarta Pendit, Ny. S. 1990. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengatar Perdana. PT Pandnya Paramita: Jakarta. Rahman, M. 2012. Analisis Jalur Evakuasi Pada Gedung Graha Sainta Universitas Brawijaya Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Angin Topan Dengan Menggunakan Metode Campus Watching. Jurnal ERUDIO Vol. 1, No. 1 ISSN: 2302-9021. Spilane, JJ. 1987. Pariwisata Indonesia, Sejarah dan Prospeknya. Kanisius: Yogyakarta.

Ketahanan Pangan dan Kearifan Lokal Lombok Utara

1. Konsep Teori Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Masyarakat yang memiliki ketahanan pangan jika tidak berada dalam kondisi lapar atau dihantui dengan ancaman kelaparan (FAO Agricultural, 2006). Ada beberapa pilar ketahanan pangan menurut FAO (1997) yaitu : 1. Stabilitas Stabiitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu. 2. Ketersediaan Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi, distribusi, dan pertukaran. 3. Akses Akses terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan besarnya alokasi bahan pangan, juga faktor selera pada suatu individu dan rumah tangga. 4. Pemanfaatan Ketika bahan pangan sudah didapatkan, maka berbagai faktor mempengaruhi jumlah dan kualitas pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu. Kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Sementara Moendardjito (1996) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah: - Mampu bertahan terhadap budaya luar - Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar - Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli - Mempunyai kemampuan mengendalikan - Mampu memberi arah path perkembangan budaya 2. Isi Artikel Dalam setahun masyarakat adat di Dusun Desa Beleq Desa Gumantar Kecamatan Kayangan Lombok Utara kadang tidak membeli beras. Cadangan padi mereka yang disimpan di dalam sambik, atau disebut juga lumbung mampu menyediakan kebutuhan pangan dalam satu tahun (Fathul, 2014). Satu keluarga memiliki satu sambik. Sambik dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi 2 meter itu mampu menyimpan bahan makanan pokok untuk satu keluarga kecil, terdiri dari bapak, ibu, dan dua orang anak. Keluarga yang memiliki lebih banyak anggota keluarga biasanya memiliki ukuran sambik lebih besar. Selain itu, makin bagus tingkat ekonomi kelurga, makin besar pula sambik mereka. Itulah sebabnya tempat penyimpanan padi itu kadang menjadi tanda status sosial di masyarakat(Fathul, 2014). Sambik itu diisi pada musim panen pertama. Padi dengan kualitas terbaik diikat, lalu dimasukkan ke dalam sambik. Dalam tradisi masyarakat adat di KLU, menaruh padi di dalam sambik itu perlu ritual khusus. Sambik dianggap sebagai tempat sakral, untuk mengambil cadangan beras di dalamnya pun harus dalam keadaan suci. Ini sekaligus sebagai penghormatan terhadap tempat penyimpangan cadangan pangan(Fathul, 2014). Sementara padi hasil panen lainnya disimpan di dalam rumah. Di dalam rumah tradisional warga adat Gumantar maupun desa-desa tradisional lainnya, mereka memiliki tempat penyimpanan gabah khusus. Untuk konsumsi sehari-hari, beras yang sudah digiling atau gabah yang sudah dirontokkan itulah yang dipakai. Sementara padi di dalam sambik biasanya dipakai sebagai cadangan saat musim kemarau(Fathul, 2014). Padi dalam sambik itu kadang juga masih aman hingga musim panen berikutnya. Selama musim kemarau, warga menanam jagung, singkong, ubi jalar. Mereka biasa mencampur jagung dengan nasi. Sehingga beras yang dikonsumsi berkurang. Sarapan pagi terbiasa memakan ubi jalar atau singkong(Fathul, 2014). Di tengah gempuran modernitas, sambik di beberapa perkampungan tradisional KLU masih bertahan. Selain di Gumantar, sambik masih dijumpai di perkampungan tradisional Akar-Akar, Segenter, Semokan, Bayan Beleq, Loloan, Senaru. Semuanya ada di Kecamatan Bayan(Fathul, 2014). Sambik juga masih dipertahankan masyarakat lantaran tuntutan adat. Sekali setahun, masyarakat adat ini menggelar ritual Maulid Adat. Dalam acara pesta maulid itu, tentu dibutuhkan beraneka ragam bahan makanan. Seluruh warga adat harus mengumpulkan bahan makanan itu. Salah satunya adalah padi bulu. Padi lokal ini memiliki bulir lebih besar, tinggi pohonnya lebih besar dan hanya bisa panen sekali setahun(Fathul, 2014). Padi bulu ini harus dibawa dalam ritual adat itu. Itulah sebabnya, warga yang masih kuat memegang tradisi masih menanam padi bulu di lahan mereka. Padi bulu itulah yang kemudian disimpan di dalam sambik itu. Saat kehabisan beras di dapur, mereka bisa mengambil cadangan di sambik. Tidak pernah dihabiskan, karena dalam acara Maulid Adat mereka harus membawa padi bulu(Fathul, 2014). Tradisi menanam padi bulu, menyimpan padi di dalam sambik itu sudah mengakar di dalam tradisi masyarakat adat di KLU. Setiap pembangunan rumah baru, harus disertai dengan pembangunan sambik. Sama halnya seperti bangunan berugak, keberadaan sambik itu melengkapi rumah masyarakat adat di KLU. Di bawah sambik itu biasanya disimpan rantok atau lesung untuk menumbuk padi. Pada saat Maulid Adat dan acara adat lainnya, beras yang diambil dari padi bulu dihaluskan menjadi beras dengan lesung. Tidak boleh menggunakan mesin giling modern(Fathul, 2014). Melihat potensi sambik sebagai salah satu sistem ketahanan pangan lokal, Badan Ketahanan Pangan (BKP) NTB mendukung program revitalisasi lumbung pangan. Jika awalnya sambik atau lumbung padi itu berupa bangunan tradisional dari bambu, maka di dalam program BKP dibuatkan lumbung modern dengan bangunan permanen. Sistem mengatur isi lumbung dan pemanfaatannya pun sama dengan sistem di sambik dan lumbung tradisional. Saat musim panen, warga menyimpan pangan di dalam lumbung modern yang lebih menyerupai gudang itu. Saat membutuhkan pangan, barulah warga bisa mengeluarkan. Dengan cara seperti ini, warga tidak perlu lagi khawatir seandainya pada tahun itu terjadi gagal panen padi. Masih ada cadangan di dalam lumbung(Fathul, 2014). 3. Kesimpulan : • Masyarakat Lombok Utara memiliki kebudayaan sambik yaitu kebiasaan masyarakat lokal untuk menyimpan hasil panen dalam suatu ruangan dalam kurun waktu 1 tahun • Status sosial dipengaruhi oleh besar kecilnya sambik yang dibuat. Karena jika semakin bagus ekonomi seseorang tersebut maka semakin besar pula sambik yang dibuat • Ketahanan pangan masyarakat disana sangatlah bagus karena padi disimpan pada saat musim kemarau dan biasanya pada musim kemarau masyarakat menanam jagung, singkong, dan ubi jalar. • Jika padi yang ada didalam dapur telah habis maka masyarakat lokal tidak perlu pusing mencari padi tinggal ambil dalam sambik. Dalam sambik pun padi harus disisakan soalnya untuk acara maulid nabi. Daftar Pustaka FAO 1997. The food system and factors affecting household food security and nutrition. Agriculture, food and nutrition for Africa: a resource book for teachers of agriculture. Rome: Agriculture and Consumer Protection Department. FAO Agricultural and Development Economics Division. 2006. Jurnal Food Security Fathul. 2014. Belajar Ketahanan Pangan dari kearifan Lokal Lombok Utara. http://bkp.ntbprov.go.id/berita-182-belajar-ketahanan-pangan-dari-kearifan-lokal-lombok-utara.html diakses tanggal 30 April 2014. Moendardjito. 1996. A Journal of Indonesian Human Ecology. Diterbitkan oleh: Forum Penelitian dan Pengembangan Antropologi Ekologi, Program Studi Antropologi, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

interaction conservation company and local people to integration program conservation

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang diberi kelebihan untuk mengelola makhluk hidup yang lain. Kelebihan yang diberikan kepada manusia sering digunakan untuk hal-hal yang tidak wajar, yang terjadi justru perilaku-perilaku mal adaptasi sehingga hanya akan membuahkan kerusakan-kerusakan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH) pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya sudah menjadi hal yang biasa terjadi (Gunawan, 2008). Menurut Sumardi (dalam Salim, 2003) bahwa persepsi seseorang terhadap lingkungan sangat berpengaruh pada model interaksinya sehingga dapat timbul sikap menolak, bekerjasama dan atau mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan. Ini bisa dicontoh dengan sebuah kawasan lindung. Bila masyarakat memandang kawasan lindung sebagai penghalang, masyarakat akan menggagal langkah-langkah pelestariannya dengan berbagai upaya. Jika kawasan lindung menguntung atau memberi manfaat kepada masyarakat, maka masyarakat akan ikut bekerjasama dalam melindungi kawasan dari kegiatan yang merusaknya. Untuk menghindari terjadinya kerusakan kawasan TNKS lebih lanjut, menurut masyarakat perlu adanya pengawasan yang rutin dari pihak pemerintah seperti untuk menghindari terjadinya ilegal logging atau komersilisasi kayu. Dan perlu adanya reboisasi atau rehabilitasi hutan yang telah gundul. Ini tergambar dari jawaban masyarakat yang menyatakan setuju (75,2%) untuk ingin memperbaiki kerusakan kawasan TNKS. Akan tetapi sebagian dari mayarakat menyatakan bahwa semenjak ditetapkan TNKS sebagai kawasan taman nasional semenjak tahun 2003 atau kayu yang terdapat tidak dapat diolah lagi menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat. Sebagian besar (82,4%) dari responden yang terdapat di Kampung Koto Langang menyatakan pendapatan masyarakat menurun akibat adanya TNKS ini. Namun sebaliknya sebagian masyarakat yang berada di Kampung Ngalau Gadang (58,0%) menyatakan bahwa tidak terjadi penurunan pendapatan masyarakat atau tidak mempengaruhi ke pendapatan masyarakat. Bahkan dengan adanya kawasan TNKS dapat meningkatkan pendapatan mayarakat secara tidak langsung dimana kawasan TNKS merupakan sebagai sumber air untuk areal persawahan mereka. Persoalan utama pada masyarakat terhadap adanya TNKS adalah menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat ini disebabkan karena tidak dapat menambah luas lahan melalui perambahan kawasan TNKS. Ini terkait dengan mata pencaharian masyarakat yang terdapat disekitar kawasan TNKS yaitu peladang atau petani. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat dengan mengoptimalkan lahan yang dapat diolah dan hasil hutan non kayu melalui kebijakan di sektor pertanian misalnya pembuatan sarang lebah madu atau dengan mencari alternatif mata pencaharian yang dapat menambah atau meningkatkan pendapatan masyarakat. Alasan masyarakat tidak mau menegur atau melarang disebabkan oleh kenyataan bahwa masih banyak aparat yang mancukongi atau ikut terlibat dalam kegiatan ini dan juga sebagian tokoh masyarakat ikut serta. Dan juga menunjukkan bahwa rumah tangga miskin tidak mengetahui atau kurang tahu fungsi dan manfaat adanya TNKS. Ini diperlihatkan dari persentase rumah tangga miskin yang tidak mengetahui manfaat dan fungsi kawasan TNKS sebanyak 54,1%. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kepada rumah tangga miskin tentang fungsi dan manfaat TNKS sehingga dapat berkurang terjadinya prilaku negatif terhadap kawasan TNKS. Rumah tangga miskin banyak memburu burung dan binatang dari pada rumah tangga non miskin. Namun dalam melakukan penebangan kayu lebih banyak rumah tangga non miskin lakukan karena rumah tangga non miskin mempunyai alat untuk menebang kayu (chainsaw) yang digunakan sebagai bahan bangun rumah untuk masyarakat dalam kampung. Di Ngalau Gadang terdapat sebuah mesin chainsaw sedangkan di Kampung Koto Langang terlapat sebanyak 5 buah. Perilaku masyarakat yang berada di wilayah penelitian baik rumah tangga miskin maupun non miskin masih mempunyai prilaku negatif yaitu memburu binatang maupun burung yang terdapat di dalam kawasan taman nasional, masuk ke dalam kawasan TNKS untuk pergi ke ladang. Kebiasaan ini melanggar undang-undang. Apabila keadaan ini dibiarkan, akan mengakibatkan musnahnya binatang tau satwa yang terdapat dalam kawasan TNKS dan juga dapat terjadinya perambahan lahan sedikit demi sedikit oleh masyarakat untuk membuat ladang. Ini terlihat dari pendapat masyarakat bahwa pendapatan mereka mengalami penurunan akibat dilarangnya pengolahan kawasan TNKS dimana luas lahan makin berkurang seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Untuk mengurangi aktivitas masyarakat tersebut, pihak pengelola kawasan taman nasional harus membuat zonasi-zonasi sesuai dengan perundangan yang berlaku. Setelah itu melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai batas zonasi dan apa saja yang boleh dilakukan (pemanfaatan sesuai dengan zona masing-masing untuk masyarakat). Karena salah satu tujuan penetapan kawasan taman nasional adalah pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan (memperhatikan kaidah konservasi). Salah satu cara agar masyarakat tidak lagi mengolah lahan yang terdapat dalam kawasan TNKS, dengan memberi izin penggunan lahan kepada masyarakat yang terdapat di kawasan penyangga (sesuai dengan peruntukannya) melalui program rehabilitasi hutan dengan perjanjian tertentu (Suyanto dan Khususiyah, 2006).dengan program ini , tidak hanya pengentasan kemiskinan, juga dapat meningkatkan konservasi lingkungan seperti terjaganya fungsi daerash aliran sungai, rosot karbon, dan keindahan alam. Program rehabilitasi lahan di kawasan penyangga dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti sosialisasi dengan masyarakat sekitar taman nasional dalam membuat aturan-aturan atau perjanjian tentang penggunaan lahan di taman nasional. Dalam hal ini pihak pengelola taman nasional bersama masyarakat dan LSM sekitar taman nasional membuat draf aturan – aturan yang harus disepakati bersama. Setelah aturan disepakati bersama, disosialisasikan lagi ke masyarakat sekitar taman nasional, masing-masing rumah tangga akan mendapatkan lahan garapan seluas 0,25 – 0,5 ha sesuai dengan jumlah tanggungan, setelah lima tahun wajib mengajukan ijin lagi. Setiap dua tahun diadakan evaluasi terhadap lahan garapan apakah masyarakat telah melakukan seperti pada perjanjian, apabila ada masyarakat yang tidak melakukan rehabilitasi seperti dalam perjanjian akan diberi sangsi bahkan bisa dicabut ijinnya. Aturan yang wajib yang harus dilakukan oleh masyarakat sekitar taman nasional adalah mananam tanaman semusim (jagung, kacang tanah, cabe dan sebagainya), dan tanaman tua atau kayu-kayuan seperti durian, kopi, surian, sengon dan sebagainya). Sehingga kegiatan masyarakat yang semula terbiasa dengan mengambil hasil hutan dari kawasan taman nasional dapat beralih profesi. Kesimpulan Cara mengatasi kerusakan Taman Nasional Kerinci yaitu dengan memberikan izin penggunan lahan kepada masyarakat yang terdapat di kawasan penyangga (sesuai dengan peruntukannya) melalui program rehabilitasi hutan dengan perjanjian tertentu, membuat zonasi-zonasi sesuai dengan perundangan yang berlaku, melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai batas zonasi dan apa saja yang boleh dilakukan, membuat draf aturan – aturan yang harus disepakati bersama, dan diadakan evaluasi terhadap lahan garapan apakah masyarakat telah melakukan seperti pada perjanjian, apabila ada masyarakat yang tidak melakukan rehabilitasi seperti dalam perjanjian akan diberi sangsi bahkan bisa dicabut ijinnya. DAFTAR PUSTAKA Gunawan, Totok. 2008. Dinamika Adaptasi Ekologi Manusia Sebagai Agen Perubahan Lingkungan Kawasan Wisata Dieng Jawa Tengah. Workshop Perubahan Lingkungan di Kawasan Wisata Dieng Dalam Perspektif Sejarah : Wonosobo. Salim, O. N. 2003. Pemanfaatan Lahan di Daerah Penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat dan Dampaknya. Tesis Program Pascasarjana Universitas Andalas :Padang Suyanto, S. Dan N. Khususiyah. 2006 Imbalan Jasa Lingkungan Untuk Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Agroekonomi Volume 24 Nomr 1.

KEARIFAN LOKAL TENTANG MITIGASI BENCANA PADA MASYARAKAT BADUY

Teori Jurnal Kearifan Lokal Kearifan lokal sering dikaitkan dengan masyarakat lokal dan mempunyai beberapa pengertian. Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Departemen Sosial RI, 2006). Sistem pemenuhan kebutuhan mereka pasti meliputi seluruh unsur kehidupan, agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian. Definisi lain, Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Sartini, 2004: 111). Dengan demikian kearifan lokal merupakan pandangan dan pengetahuan tradisional yang menjadi acuan dalam berperilaku dan telah dipraktikkan secara turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupan suatu masyarakat. Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam masyarakat baik dalam pelestarian sumber daya alam dan manusia, pemertahanan adat dan budaya, serta bermanfaat untuk kehidupan. Pada umumnya, masyarakat lokal mempunyai pandangan bahwa lingkungan di sekitarnya ada yang memiliki dan menghuni selain manusia yaitu roh alam. Oleh karena itu, manusia yang beraktifitas di sekitarnya harus menghormati dan menjaga tempat-tempat mereka itu, seperti hutan, gunung, lembah, dan sumber air. Bahkan banyak tempat-tempat tersebut yang dijadikan tempat yang sakral atau dikeramatkan. Sehingga tak sembarang orang bisa memasuki tempat-tempat tersebut, dan orang-orang pun akan enggan untuk merusak lingkungan tempat-tempat yang sudah dikeramatkan tersebut. Mitigasi Bencana Mitigasi bencana adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah bencana atau mengurangi dampak bencana. Adapun menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131 tahun 2003, mitigasi (diartikan juga sebagai penjinakan) diartikan sebagai upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana yang meliputi kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Kearifan lokal suku-suku pedalaman dalam upaya mencegah dan meminimalisir terjadinya bencana (mitigasi bencana) yang merupakan pengetahuan tradisional yang telah diturunkan sejak ratusan tahun bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu. Pengetahuan tersebut biasanya diperoleh dari pengalaman empiris yang kaya akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Sayangnya, kini berbagai pengetahuan lokal dalam berbagai suku bangsa di Indonesia banyak yang mengalami erosi atau bahkan punah dan tidak terdokumentasikan dengan baik sebagai sumber ilmu pengetahuan. Padahal pengetahuan dan kearifan lokal dapat dipadukan antara empirisme dan rasionalisme sehingga dapat pula digunakan antara lain untuk mitigasi bencana alam berbasis masyarakat lokal (Iskandar, 2009). Rangkuman Isi Jurnal Kearifan lokal tentang mitigasi bencana dalam tradisi perladangan. Perladangan merupakan aktivitas bercocok tanam atau pertanian bersifat tradisional.Perladangan biasanya dilakukan secara berpindah-pindah, atau sering pula disebut dengan istilah asingnya shifting,swidden, slash and burn, atau shifting cultivation.Kegiatan perladangan ini dikenal hampir di seluruh belahan dunia terutama yang beriklim tropis. Istilah perladangan di Indonesia disebut huma (Jawa Barat), juma (Sumatra), dan umai (Kalimantan) (Iskandar, 1992:11-12). Lebih jauh, Iskandar (1992) mengungkapkan bahwa perladangan di berbagai wilayah di dunia telah banyak yang mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk yang pesat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, dan perkembangan ekonomi yang cepat. Perubahan sistem perladangan yang terjadi di beberapa bagian masyarakat dunia itu, tidak otomatis berlaku pula di Indonesia. Salah satu kelompok masyarakat perladangan di Indonesia yang masih memegang teguh adat tradisi perladangan itu adalah masyarakat Baduy. Tradisi perladangan pada masyarakat Baduy secara tradisional masih tetap berlangsung hingga detik ini. Ladang menurut masyarakat Baduy disebut huma. Bekas huma yang masih baru ditinggalkan disebut jami, sedangkan bekas huma yang sudah lama ditelantarkan hingga menjadi semak disebut reuma (Iskandar, 2000: 2; Permana, 2010:51). Perladangan Baduy utamanya adalah menanam padi. Selain sebagai makanan pokok, padi juga merupakan tanaman yang dianggap mulia. Masyarakat Sunda baik di wilayah Jawa Barat maupun Banten sangat menghormati padi karena diyakini sebagai penjelmaan Nyi Sri atau Nyi Pohaci Sanghyang Asri atau Dewi Padi. Penghormatan kepada padi terlihat sepanjang proses perladangan, panen, hingga pascapanen. Konsep dan penghormatan tentang Nyi Sri atau Nyi Pohaci tersebut terdapat pula dalam karya naskah kuno Sunda, misalnya Wawacan Sulanjana. Dalam naskah itu dikatakan bahwa tanaman padi diyakini berasal dari Dewi yang dimuliakan oleh tokoh-tokoh mulia lainnya, antara lain Batara Guru, Prabu Siliwangi, dan Semar. Tradisi penghormatan kepada padi tersebut merupakan kearifan lokal yang tetap harus dipelihara dan dijaga sebagai upaya mempertahankannya sebagai makanan pokok (Kalsum, 2010: 90, 93). Menurut tradisi masyarakat Baduy dikenal lima macam huma, yakni: (a) huma serang, ladang adat kepunyaan bersama yang hanya terdapat di Baduy Tangtu (awam menyebutnya Baduy Dalam), yaitu di Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo, (b) huma puun, ladang dinas selama menjabat sebagai puun yang letaknya tidak jauh di belakang rumah puun, (c) huma tangtu, ladang untuk keperluan penduduk Baduy Tangtu, (d) huma tuladan,ladang untuk keperluan upacara (seperti huma serang) di Baduy Panamping (Baduy Luar), dan (e) huma panamping, ladang untuk keperluan penduduk Baduy Panamping (Permana, 2010:52-54). Untuk menjaga keseimbangan ekosistem hutan dan DAS, masyarakat Baduy yang bermukim di wilayah tersebut ditabukan untuk bercocok tanam dengan cara mengolah lahan seperti membuat petak sawah, mencangkul, atau menanami dengan tanaman untuk perdagangan. Cara pengolahan lahan yang berlebihan dan pengusahaan lahan pertanian untuk diperdagangkan diyakini akan menimbulkan kerusakan ekosistem. Kesimpulan masyarakat Baduy yang hingga saat ini hidup dan menjalani kehidupannya secara bersahaja, tetap memegang kuat kepercayaan dan adat-istiadatnya dengan penuh kearifan. Salah satu kearifan lokal masyarakat Baduy itu adalah berkaitan dengan pencegahan terjadinya bencana (mitigasi bencana). Masyarakat Baduy melalui kearifan lokalnya terbukti mampu melakukan pencegahan (mitigasi) bencana, baik dalam tradisi perladangannya, bangunan-bangunan tradisionalnya, maupun dalam kaitannya dengan hutan dan air. DAFTAR PUSTAKA Departemen Sosial RI. 2006. ‘Memberdayakan Kearifan Lokal bagi Komunitas Adat Terpencil’. Kementerian Sosial Republik Indonesia (online) http://www.kemsos.go.id/ , diakses 21 Oktober 2014. Iskandar, J. 1992. Ekologi Perladangan di Indonesia:Studi Kasus dari Daerah Baduy, Banten Selatan, Jawa Barat. Jakarta: Djambatan. Iskandar, J., & Ellen, R.F. 2000. The Contribution of Paraserianthes (Albizia) falcataria to Sustainable Swidden Management Practices among the Baduy of West Java. Jurnal Human Ecology, 28, 1-17. Iskandar, J. 2009. ‘Mitigasi Bencana lewat Kearifan Lokal’. Kompas (online), http://Kompas.com , diakses 21 November 2014. Kalsum. 2010. Kearifan Lokal dalam Wawacan Sulanjana: Tradisi Menghormati Padi pada Masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Jurnal Sosiohumanika,3 (1), 79-94. Permana, C.E. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Sartini. 2004. ‘Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat’. Jurnal Filsafat, 37, 2004, 111-120.

ketahanan pangan (self defense food)

4. KEARIFAN LOKAL DAN KETAHANAN PANGAN Petani pada umumnya memperoleh pengetahuan tentang berbagai sistem usaha tani melalui pewarisan leluhur serta trial and error di lapangan dalam kurun waktu sangat lama. karena itu, mereka menghasilkan sistem pertanian yang sesuai dengan kondisi ekosistem lokal dan sistem sosial ekonomi setempat. Contohnya, di Tataran Sunda telah dikenal bermacam-macam sistem agroforestri tradisional, seperti sistem huma, kebon campuran dan kebon tatangkalan yang sngat khas, antara lain memiliki keanekaragaman jenis dan varietas tanaman yang tinggi. Jadi, struktur vegetasinya menyeruapai hutan alami (Terra,1958; Reijntjes dkk,1992). Macam-macam sistem agroforestri tradisional tersebut memberikan fungsi ekologis dan sosial ekonomi penting bagi penduduk. Fungsi ekologis antara lain konservasi plasma nutfah, habitat satwa liar, konservasi tanah, mengatur tata air (Hidrologi) daerah aliran sungai dan memberikan kesejukan serta keteduhan. adapun fungsi sosial ekonomi antara lain menghasilkan produksi tambahan bahan pangan pokok karbohidrat: bumbu masak : sayur /lalap; serta bahan obat-obatan, kerajinan,industri,upacara adat,kayu bakar dan bangunan. Selain itu, penduduk juga memiliki kearifan dalam mengawetkan,mengolah dan mengonsumsi aneka produksi tanaman. Contohnya, untuk memasak umbi gadung, biasanya umbi tersebut dikupas , diiris-isis, dimasukan dalam karung, dan direndam dalam air sungai yang mengalir cukup deras agar racun gadung tidak membahayakan kesehatan manusia. Sementara itu, untuk mengolah umbi ketela pohon agar tahan lama, biasanya umbi tersebut dikupas, diiris-iris dan dijemur di terik matahari hingga kering menjadi singkong gaplek. gaplek tersebut biasa dibiarkan berhari-hari di simpan di atap rumah terkena embun sehingga menjadi gatot Pada umumnya gaplek dan gatot dapat disimpan cukup lama sebagai persediaan pangan penduduk dalam rumah tngga dan penambah produksi beras. KEANEKARAGAMAN PANGAN pada masa silam, urang Sunda di pedesaan memiliki kebiasaan pola makan yang dinamakan tuang dan ngaleueut. tuang diartikan sebagai mengonsumsi nasi, biasanya tuang enjing (makan pagi)dan tuang sonten (makan sore) adakalanya pula kebiasaan itu ditambah ngawadang, makan siang dengan mengonsumsi nasi sisa sarapan. Sementara itu, ngaleueut biasanya terdiri dari ngaleueut enjing-enjing (minum pagi),ngaleueut siang (minum siang) dan ngaleueut sonten /ngaleueut wengi (minum sore/malam), tetapi biasa pula disajikan aneka sajian penganan non-beras contohnya beuleum sampeu dan bubuy sampe. Pada umumnya penganan ngopi mempuntai nilai gizi yang penting bagi kebutuhan penduduk. Sebab, penganan tersebut mempunyai kandungan kalori cukup tinggi kendati tidak sebesar kandungan kalori pada beras. Misalnya kandungan kalori 100 gram singkong gaplek mencapai 363,00 kal, gangyong 95,00kal, ubi jalar/hi 136,00 kal, taleus 98,00 kal, suweg 69,00 kal, gadung 101,00kal, hui manis 101,00 kal, sukun 302,40 kal, dan kacang suuk 136,00 kal. adapun kandungan kalori beras merah sebesar 354,00 kal dan beras giling 360,00 kal (Suhardi dkk,2002). Jadi aneka ragam bahan pangan kalori/karbohidrat nonberas untuk ngaleueut mempunyai peranan penting dalam mengurangi konsumsi penduduk terhadap beras. Disamping itu, penting pula diketahui bahwa aneka ragampangan nonberas tersebut biasanya diperoleh dari berbagai tata guna lahan nonsawah. Misalnya, talas, singkong, ganyong, suweg, pisang dan sukun biasa ditanam penduduk secara campur baur dengan tanaman lain diberbagai sistem agroforestri tradisional. Oleh karena itu, keanekaragaman bahan pangan nonberas tersebutg memiliki peran penting untuk mendukung ketahanan pangan di pedesaan. Tananman padi di sawah sangat rawan terhadap berbagai gangguan , seperti kelangkaan pupuk, pestisida, kemarau panjang, banjir dan ledakan hama serta penyakit. ini berbeda dengan tanaman pangan nonpadi pada macam-macam agroforestri tradisional yang pada umumnya tidak/kurang terpengaruh oleh kelangkaan pupuk,pestisida,serta lebih tahan terhadap kekeringan, banjir dan hama tanaman. RAWAN PANGAN Penaruh modernisasi dankomersialisasi sistem pertanian sawah, antara lain melalui program Revolusi Hijau, telah menyebabkan perubahan pada ekosistem sawah dan sistem sosial penduduk pedesaan. Programpemerintah dengan mengupayakan swasembada pangan cendeung lebih diartikan secara sempit sebagai swasembada pangan beras. Akibatnya, usaha tani penduduk lebih ditekankan pada sistem usaha tanai sawah dengan mengabaikan sistem agroforestri tradisional, seperti pekarangan,huma,kebon campuran dan kebon tatangkalan Padahal, pada masa silam urang Sunda dengan kearifan ekologinya telah mempu mengelola sistem agroforestri tradisional dengna kekhasan menanam aneka jenis dan varietas tanaman.Penduduk pun telah membiasakan pola konsumsi dengna aneka bahan pangan nonberas. Contohnya ialah kebiasaaan ngaleueut pada pagi,siang, dan sore/malam dengan menyajikan minuman dan penganan nonberas yang dibuat secara mandiri dalam keluarga tanpa harus membeli dari warung,toko atau pasar. Akan tetapi, kebiasaan usaha tani dengan sistem agroforestri tradisional itu kuran gmendapatkan perhatian seksama dari pemerintah. Beragam bahan pangan tradisional pedesaan cenderung kurang mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak. Pengaruhnya, pola konsumsi penduduk desa terhadap aneka ragam bahan pangan lokal nonberas cenderung kian berkurang. Selain itu, kue-kue tradisional tersebut kian terdesak oleh kue dan minuman ringan (soft drink) dari kota. Akibatnya, masyarakant pedesaan cenderung makin bergantung pada bahan pangan beras,kue, serta minuman ringan dari warung dan pasar di kota. Konsekuensinya, ketahanan pangan pedesaan untuk menanggulangi kemiskinan penduduk sangat rawan.

Tipologi desa

Tipologi desa dapat dilihat berdasarkan segi pemukiman maupun dari tingkat perkembangannya. Tipologi desa dilihat dari pola pemukiman menurut landis (1948): 1)farm village type adalah suatu desa orang berdiam bersama dalam suatu tempat dengan ladang sawah sekitarnya. Tipe ini biasanya di kawasan asia tenggara. Dasar gotong royong sangat kuat. Tetapi karena sistem pertanian sekarang bersifat komersial karena adanya revolusi hijau. Tipologi jenis ini berdekatan dengan kota sehingga banyak alih fungsi produktif pertanian. 2)neboulus farm village type adalah suatu desa sejumlah orang berdiam dalam suatu tempat sebagian menyebar di luar tempat tersebut bersama sawah lahan mereka. Terdapat di daerah sulawesi, maluku, dan irian jaya. Masih terdapat pola bertani yang tidak tetap atau perladangan yang berpindah-pindah. Faktor tradisi dan kolektifitas sangat kuat di kalangan masyarakat ini. 3)Arranged isolated farm type adalah desa dimana orang berdiam di sekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan trade center (TC) dan selebihnya sawah ladang. Tipologi ini terdapat pada negara barat. Tradisi disini kurang kuat, dan individualistis lebih menojol. 4)pure isolated farm type adalah suatu desa dimana orang berdiam tersebar bersama sawah ladang masing-masing. Tipologi ini terdapat di negara barat. Tipologi desa Menurut Roger .et.al. (1972): 1)The scattered farmstead community adalah sebagian orang berdiam pada pusat pelayanan yang ada, sedangkan yang lain terpisah bersama ladang mereka. 2)The cluster village adalah dimana penduduk berdiam terpusat pada suatu tempat, dan selebih dari itu adalah sawah mereka. 3) The line village adalah rumah penduduk berada pada sepanjang tepi sungai atau jalan raya. Jika 1 dan 2 kebanyakan terdapat pada pulau jawa. Sedangkan tipe yang ketiga paling jelas terlihat adalah desa-desa pulau jawa, yang terdapat banyak sungai dan umumnya sebagai sarana transportasi. Pemukiman penduduk desa berada di sisi kiri kanan jalan raya kebanyakan terdapat di daerah sulawesi(sulawesi selatan) dan sulawesi tenggara maupun di maluku. Tipologi desa yang dilihat dari perkembangan masyarakat maka setiap desa memperlihatkan ciri-cirinya tersendiri pada setiap tipe. Tipe pengelompokan yang diperkenalkan oleh ditjen PMD departemen dalam negeri sangat populer pada saat pemerintahan presiden soeharto dahulu. = desa tradisionil (pra desa) Tipe desa semacam ini kebanyakan dijumpai pada masyarakat suku terasing, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya, termasuk teknologi bercocok tanam, cara-cara pemeliharaan kesehatan, cara-cara memasak makanan dan sebagainya masih sangat bergantung pada pemberian alam di sekeliling mereka. Pembagian kerja diantara sesama mereka (anggota masyarakat yang ada) yang lebih menonjol adalah pembagian kerja berlandaskan jenis kelamin. Pekerjaan tertentu yang hanya boleh dikerjakan oleh wanita sedangkan laki-laki tidak dan demikian sebaliknya. = desa swadaya Desa ini memiliki kondisi yang relatif statis tradisionil, dalam arti masyarakatnya tergantung pada keterampilan dan kemampuan pimpinannya. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada faktor alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Susunan kelas masyarakat masih vertikal dan stati, kedudukan seseorang berdasarkan keturunan dan luas kepemilikan tanah. = desa swakarya (desa peralihan) Keadaan desa ini sudah mulai disentuh oleh pengaruh-pengaruh dari luar berupa adanya pembaharuan yang sudah mulai dirasakan oleh anggota masyarakat. Benih-benih demokrasi dalam pembangunan sudah mulai tumbuh, artinya sudah tidak lagi semata-mata bergantung pimpinan. Karya dan jasa serta keterampilan mulai menjadi ukuran dalam penilaian oleh masyarakat. Mobilitas sosial baik dalam bentuk vertikal dan horizontal. = desa swasembada Masyarakat telah maju, sudah mengenal mekanisasi pertanian dan teknologi ilmiah telah mulai digunakan, selalu berubah sesuai perkembangan. Partisipasi masyarakat sudah efektif, dan norma penilaian sosial dihubungkan dengan kemampuan dan keterampilan seseorang. = desa pancasila Desa ini merupakan tipe ideal yang dicita-citakan bersama yaitu dengan tercapainya masyarakat adil dan makmur. Perkembangan tiap desa diatas untuk sampai klasifikasi tingkat perkembangan desa tertentu, diukur atau dinilai berdasarkan indikator tertentu yang ada pada setiap desa tersebut. Indikator seperti imbang daya unsur dari dalam desa itu serta intensitas pengaruh unsur luas, yang ditentukan oleh posisi desa terhadap pusat unit wilayah lebih besar dan pusat fasilitas. Kegiatan ekonomi yaitu primer, sekunder, dan tersier. Ketergantungan desa dengan kota atau sebaliknya Terdapat semacam interaksi, yang telah melahirkan ketergantungan. Interaksi dilihat sebagai suatu proses sosial, proses ekonomi, budaya dan sebagainya, cepat atau lambat menimbulkan suatu kenyataan. Interaksi terjadi karena adanya unsur dari dalam desa., amupun di dalam kota itu. Menurut Yosef S. Roucek (1963) interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita atau surat kabar. Pertanyaan Ekdes 1. Mengapa dalam kehidupan bermasyarakat tiap desa memiliki topologi yang berbeda?? Apakah dampak kalau pemerintah menerapkan topologi yang diseragamkan tiap daerah??

notes ecology country

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Maluku sejak dahulu telah dikenal oleh mancanegara akan kekayaan alamnya. Sejak dahulu Maluku menjadi pusat perdagangan dunia karena daerah ini telah dikenal akan keanekaragaman rempah-rempahan yang dahulu harganya lebih mahal dari emas. Agroforestri dapat diartikan sebagai suatu sistem tataguna lahan yang ditanami aneka ragam campuran jenis-jenis tumbuhan keras, tahunan, dan tumbuhan semusim (Iskandar, 2013). Komponen penyusun di daerah Maluku kebanyakan jenis Agrisilvikultur. Agrisilvikultur merupakan sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman yang tidak berkayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Sebutan sistem agroforestri didaerah Maluku dikenal dengan nama dusun yang telah membudaya di masyarakat Maluku. Sistem Dusun merupakan aset yang berharga masyarakat Maluku terkandung pengetahuan lokal dan teknologi lokal yang sudah teradaptasi dengan lingkungan fisik, biologis dan masyarakat setempat. Sistem Dusun mendapatkan dukungan dari pemerintah lokal sehingga sampai sekarang sistem ini selalu dilakukan. Sistem desa di Maluku berkelompok sedangkan dusun terletak 1-8km dari pinggiran desa. Tidak semua memiliki dusun karena disana telah banyak pendatang dari luar maluku yang menetap disana. Yang ada disana terlihat jika ada yang jatuh dari pohon dapat diambil oleh semua orang. Istilah pemungutan itu disebut usu. Disana pun ada kebijakan tertentu untuk pelarangan pada waktu tertentu untuk pengambilan hasil kekayaan alamnya. Dusun bagi masyarakat maluku adalah sumber makanan, bangunan, sumber bahan obat dan sumber keperluan keluarga sehari-harinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu sistem pengunaan lahan yang merupakan keterpaduan kegiatan kehutanan, pertanian, peternakan, dan perikanan, ke arah usaha tani terpadu sehingga tercapai optimalisasi dan diversifikasi penggunaan lahan (Fandeli,1985). Agroforestry juga dapat diartikan sebagai bentuk usaha tani dalam rangka pengelolaan hutan serbaguna, yang menyerasikan antara kepentingan produksi dan kepentingan pelestarian berupa pengusahaan secara bersama, atau secara berurutan jenis-jenis tanaman pertanian atau bentuk lapangan pengembalaan dengan jenis-jenis kehutanan pada suatu lahan hutan (Achlil, 1981). 2.2. Pengembangan Agroforestry Menurut J. Siahaya (1988) pengelolaan kebun secara agroforestri dapat dilaksanakan melalui tahap-tahap : 1. Mempersiapkan lahan tanaman: tanah dibajak dan diairi bila perlu 2. Menanam tanaman (pertanian dan kehutanan) pada blok-blok lahan yang telah ditetapkan 3. Mengusahakan ternak untuk mendapatkan hasil sampingan dalam menunjang modal usaha agar pengembalian pinjaman menjadi lebih lancar 4. Menanam rumput dan jenis-jenis tanaman lainnya untuk makanan ternak 5. Mencari alternatif usaha sampingan seperti bertukang menjadi buruh pada perusahaan atau sektor usaha lainnya. 2.3. Karakter dari Agroforestry Menurut Combe dan Budowski (1979) karakter agroforestry sebagai berikut : 1. Produksi pertanian dikaitkan dengan pohon-pohon kehutanan 2. Fungsi yang terpenting diberikan oleh komponen kehutanan 3. Waktu dari kombinasi dan pembagian ruang lahan diukur dari komponen kehutanan. 2.4. Komponen Agroforestri Ada beberapa komponen Agroforestri yaitu: • Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems) Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna (lihat lebih detil pada bagian multipurpose trees) atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahanlahan pertanian (multipurpose trees/shrubs on farmlands, shelterbelt, windbreaks,atau soil conservation hedge) (Susilo,et.al,2003). Seringkali dijumpai kedua komponen penyusunnya merupakan tanaman berkayu (misal dalam pola pohon peneduh gamal/Gliricidia sepium pada perkebunan kakao/Theobroma cacao). Sistem ini dapat juga dikategorikan sebagai agrisilvikultur. Pohon gamal (jenis kehutanan) secara sengaja ditanam untuk mendukung (pelindung dan konservasi tanah) tanaman utama kakao (jenis perkebunan/pertanian). Pohon peneduh juga dapat memiliki nilai ekonomi tambahan. Interaksi yang terjadi (dalam hal ini bersifat ketergantungan) dapat dilihat dari produksi kakao yang menurun tanpa kehadiran pohon gamal (Susilo,et.al,2003). • Silvopastura (Silvopastural systems) Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura, antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products) (Susilo,et.al,2003). Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang dan waktu yang sama (misal: penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakan pinus, atau yang lebih ekstrim lagi adalah sistem ‘cut and carry’ pada pola pagar hidup/living fences of fodder hedges and shrubs; atau pohon pakan serbaguna/multipurpose fodder trees pada lahan pertanian yang disebut ‘protein bank’). Meskipun demikian, banyak pegiat agroforestri tetap mengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek konservasi dan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponen berkayu pada manajemen lahan yang sama(Susilo,et.al,2003). • Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems) Telah dijelaskan bahwa sistem-sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupun ketiga komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud. Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa (khususnya komponen berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people). Tidak tertutup kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung oleh permudaan alam dan satwa liar (lihat Klasifikasi agroforestri berdasarkan Masa Perkembangannya). Interaksi komponen agroforetri secara alami ini mudah diidentifikasi. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah peranan tegakan bagi penyediaan pakan satwa liar (a.l. buah-buahan untuk berbagai jenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan atau regenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan(Susilo,et.al,2003). Terdapat beberapa contoh Agrosilvopastura di Indonesia, baik yang berada di Jawa maupun di luar Jawa. Contoh praktek agrosilvopastura yang luas diketahui adalah berbagai bentuk kebun pekarangan (home-gardens), kebun hutan (forest-gardens), ataupun kebun desa (village-forest-gardens), seperti sistem Parak di Maninjau (Sumatera Barat) atau Lembo dan Tembawang di Kalimantan, dan berbagai bentuk kebun pekarangan serta sistem Talun di Jawa (Susilo,et.al,2003). BAB III ISI 3 ISI DARI JURNAL Agroforestri yang berada di daerah Maluku juga disebut dengan dusun. Dusun merupakan ciri khas masyarakat maluku tentang sistem pengolahan lahan untuk pertanian. Dusun awalnya hanya digunakan oleh manusia untuk pengolahan sistem perkebunan tetapi yang terjadi sekarang menjadi tempat hidup bagi burung dan mamalia yang endemik di daerah Maluku. Setiap daerah di kawasan Maluku memiliki sistem Dusun yang berbeda pula seperti beberapa model tanaman buah-buahan dengan tanaman pangan ubi-ubian didaerah Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman rempah-rempahan dan tanaman pangan ubi-ubian di Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh kelapa, pala, dan cengkeh di daerah Maluku Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh pohon buah-buahan di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kenari dan pala di pulau Banda dengan komponen Agrisilvikultur. Kelapa, ubi-ubian, dan pisang di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kayu putih, Imperata silindrica, Adropogon amboniensis, dan Sapi bali di daerah Buru Utara dengan komponen Silvopastoral. Sagu didaerah Maluku Utara dan Tengah dengan komponen silvikultur. Jeruk keprok TNT dipulau Teon, Nila, dan Sarna dengan komponen Agrisilvikultur. Jenis umbi-umbian yang terdapat disana yaitu Discolorea alata, Discolorea esculentum, singkong, ubi jalar, Colocasia esculentum, Xanthoma sagitifolium, dan Alocasia sp. Jenis pisang yang ada disana yaitu pisang tongkat langit (Musa troglodytorium). Sistem salvapastoral yang terdapat di pulau di pulau Buru Utara dan Ambon sebenarnya pemanfaatan dari rumput alamiah yang tumbuh subur di daerah tersebut. Sistem dusun di Maluku yang terdiri dari tanaman kenari, kelapa, coklat atau kenari dan pala mungkin lebih cocok disebut agroforest, sedangkan campuran pohon buah-buahan pomoforest/ pomologyforest (pomology = tanaman buah-buahan). Dalam agroekosistem dusun terjadi sinergisme yang langsung melengkapi dan menguntungkan misalnya: Tanaman menciptakan makanan dan breeding place bagi burung-burung dan mamalia yang mendiami dusun tersebut. Terciptakan iklim mikro yang cocok bagi masing-masing komponen (strata). Menghasilkan senyawa kimia yang mendorong perkembangan dan pertumbuhan tanaman atau senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan gulma (alelopati). Mengendalikan populasi hama, penyakit dan gulma jauh di bawah ambang ekonomis (contoh: cacao moth pada coklat). Mobilisasi unsur hara di dalam ekosistem tersebut. Mengkonservasi air dan mengoptimalkan pemakaiannya. Mengkonservasi berbagai keragaman genetik dengan fungsi yang berbeda dalam menstabilkan ekosistem tersebut BAB IV Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari isi materi tersebut bahwa sistem Agroforestri mempunyai sebutan yaitu dusun. Seperti sistem Agroforestri lainnya dimana dusun oleh masyarakat Maluku menanam jenis tumbuhan yang berbeda dalam satu lahan perkebunan. Sistem dusun ini juga mendapatkan dukungan oleh pemerintah daerah. Dusun di tiap daerah Maluku memiliki pola jenis tanaman yang berbeda. model tanaman buah-buahan dengan tanaman pangan ubi-ubian didaerah Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman rempah-rempahan dan tanaman pangan ubi-ubian di Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh kelapa, pala, dan cengkeh di daerah Maluku Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh pohon buah-buahan di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kenari dan pala di pulau Banda dengan komponen Agrisilvikultur. Kelapa, ubi-ubian, dan pisang di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kayu putih, Imperata silindrica, Adropogon amboniensis, dan Sapi bali di daerah Buru Utara dengan komponen Silvopastoral. Sagu didaerah Maluku Utara dan Tengah dengan komponen silvikultur. Jeruk keprok TNT dipulau Teon, Nila, dan Sarna dengan komponen Agrisilvikultur. Perbedaan itu tergantung dengan kondisi lingkungan tiap daerah yang dimiliki dan tergantung jenis yang ditanam oleh masyarakat lokal. Mulai adanya burung dan mamalia endemik maluku yang hidup di dusun dikarenakan adanya buah dan biji yang bisa dimakan. kualitas sumber daya alam dipertahankan dan agroekosistem secara keseluruhan dipertahankan dari hewan, tanaman dan jasad renik. Tanaman-tanaman dari dusun itu mempunyai beragam ke dalaman akar, ketinggian tajuk, dan kejarangan tajuk. Kebutuhan yang berbeda terhadap suhu, intensitas cahaya, kelembaban tanah, kelembaban udara dan kualitas lahan. Keragaman dalam fungsi itu yang menyebabkan terjadi sinergisme antara komponen yang saling menguntungkan. DAFTAR PUSTAKA Achlil.1981. Beberapa Masalah dan Langkah Pembinaan dan Pengembangan Hutan Serba Guna. Proceeding Lokakarya Pembinaan dan Pengembangan Hutan Serbaguna BPH Disti & UGM : Yogyakarta dikutip dari buku Ekologi Pedesaan buatan Herri Y.Hadikusumah. Combe,J. and Budowski, G., 1979. Classification of Agroforestry Techniques. Hal 17-47 dalam : Workshop Agroforestry Systems in Latin America, March 1979. CATIE, Turrialba, Costa Rica. 82 h. Dikutip Dalam buku Ekologi Pedesaan buatan Herri Y. Hadikusumah. Fandeli.1985. Agroforestri. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada: Yogyakarta dikutip dari Ekologi Pedesaan dibuat Herri Y.Hadikusumah. Iskandar, J. 2014. Manusia Budaya dan Lingkungan-Kajian Ekologi Manusia. Bandung Humaniora press Siahaya,J.1988. Pengembangan Sistem Agroforestry di Kalimantan Timur. Prosiding Seminar: Agroforestry Untuk Pengembangan Daerah Pedesaan di Kalimantan Timur. Fak. Kehutanan Unmul: Samarinda-Deutsche Gessellschaft Fuer Technische Zusammenarbeit (GTZ) dikutip dari buku Ekologi Pedesaan buatan Herri Y.Hadikusumah. Susilo, Hadi., Sardjono, Agung., Djogo, Tony., dan Wijayanto, Nurheni.2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) ; Bogor.

Selasa, 17 Maret 2015

takahashi minami



Lyric Jane doe 



Kimi wa darena nda kotaete kure
Me no mae ni iru no wa Jane Doe

Itsumo yasashii hitomi wo yurashi
Hohoemi boku o mita
Soshite jounetsu-teki ni motome atta
Ano hi no ai wa maboroshi datta no ka
wow wow wow
Yoru wo saegiru garasu no mado ni
Mou hitori no kimi ga utsutta
Hoka no dare ka o omotte iru nonara
Ude kara sugi nugete kaereba ii sa

Me wo aketa mama de kisu suru no ka
Naze boku no shiranai kimi ga iru
Me wo aketa mama de
Nani mi teru no
Daka renagara tsugi no yume hitotsu
Itoshiki Jane Doe

Kata ni nokotte ita no wa itami
Kuikonda suna no ato
Boku ga unmei no hito to shinji kitta
Mirai no ai wa itsuwari datta no ka
wow wow wow
Ude no chikara wo
Sotto yurumete
Sarigenaku heya wo dete yuke
Kimi no kokoro ga koko ni wanakutatte
Kokode yari kuketa kisu wa kata tsuke yo

Me wo tojinai no wa
Nazena roudarou
Kake mite fuku no ga itoshii
Me wo tojinai no wa
Fuan no sono ka
Kizuki nakara
Damasa reyo ka
Kimagure-ra Jane Doe

Daremoga kakushi teru
Hontou no kao wo
Imanara misede ita
Sono sugao te sae
Omoidasenai
Subete ushinatta

Kimi wa darena nda kotaete kure
Me no mae ni iru no wa Jane Doe
Me wo aketa mama de kisu suru no ka
Naze boku no shiranai kimi ga iru
Me wo aketa mama de nani miteru no
Daka renagara tsugi no yume hitotsu
Itoshiki Jane Doe






Lyric yabureta hane







Dokoka wo hashitteru


Ressha no kiteki


Kikoeteshimau hodo


Shizukana heya de…






Kimi ni nani wo hanaseba ii?


Douiu kotoba mo todokanaidarou






Yabureta hane ni furenai you ni


Ryoute de kimi wo dakishime nagara


Hitomi ni afuredashita sono namida


Boku wa sotto kiss shite nuguu


I still love you






Deatte shimatta koto


Futari no tsumi dane


Sayonara kiridasareta


Unmei wa batsu ka






Kimi ni nante ayamareba ii?


Dareka wo aishita wake janainda






Kirei na hane wa yabukeyasusou de


Hara hara boku wa kizukatte shimau


Kimi ni wa kimi no mama de ite hoshii


Pure na heart kegasanu you ni…


I still love you






Door wo akete yukkuri to


Habataite Ah






Yabureta hane wo iyaseru no nara


Konomama kimi wo hikitometa darou


Heart no kago no naka ni tojikometa


Ai wa sotto dokoka e nigasou






Yabureta hane ni furenai you ni


Ryoute de kimi wo dakishime nagara


Hitomi ni afure dashita sono namida


Boku wa sotto kiss shite nuguu


I still love you