Rabu, 18 Maret 2015
notes ecology country
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Maluku sejak dahulu telah dikenal oleh mancanegara akan kekayaan alamnya. Sejak dahulu Maluku menjadi pusat perdagangan dunia karena daerah ini telah dikenal akan keanekaragaman rempah-rempahan yang dahulu harganya lebih mahal dari emas.
Agroforestri dapat diartikan sebagai suatu sistem tataguna lahan yang ditanami aneka ragam campuran jenis-jenis tumbuhan keras, tahunan, dan tumbuhan semusim (Iskandar, 2013). Komponen penyusun di daerah Maluku kebanyakan jenis Agrisilvikultur. Agrisilvikultur merupakan sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman yang tidak berkayu dari jenis tanaman semusim (annual crops).
Sebutan sistem agroforestri didaerah Maluku dikenal dengan nama dusun yang telah membudaya di masyarakat Maluku. Sistem Dusun merupakan aset yang berharga masyarakat Maluku terkandung pengetahuan lokal dan teknologi lokal yang sudah teradaptasi dengan lingkungan fisik, biologis dan masyarakat setempat. Sistem Dusun mendapatkan dukungan dari pemerintah lokal sehingga sampai sekarang sistem ini selalu dilakukan.
Sistem desa di Maluku berkelompok sedangkan dusun terletak 1-8km dari pinggiran desa. Tidak semua memiliki dusun karena disana telah banyak pendatang dari luar maluku yang menetap disana. Yang ada disana terlihat jika ada yang jatuh dari pohon dapat diambil oleh semua orang. Istilah pemungutan itu disebut usu. Disana pun ada kebijakan tertentu untuk pelarangan pada waktu tertentu untuk pengambilan hasil kekayaan alamnya. Dusun bagi masyarakat maluku adalah sumber makanan, bangunan, sumber bahan obat dan sumber keperluan keluarga sehari-harinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Agroforestry
Agroforestry adalah suatu sistem pengunaan lahan yang merupakan keterpaduan kegiatan kehutanan, pertanian, peternakan, dan perikanan, ke arah usaha tani terpadu sehingga tercapai optimalisasi dan diversifikasi penggunaan lahan (Fandeli,1985).
Agroforestry juga dapat diartikan sebagai bentuk usaha tani dalam rangka pengelolaan hutan serbaguna, yang menyerasikan antara kepentingan produksi dan kepentingan pelestarian berupa pengusahaan secara bersama, atau secara berurutan jenis-jenis tanaman pertanian atau bentuk lapangan pengembalaan dengan jenis-jenis kehutanan pada suatu lahan hutan (Achlil, 1981).
2.2. Pengembangan Agroforestry
Menurut J. Siahaya (1988) pengelolaan kebun secara agroforestri dapat dilaksanakan melalui tahap-tahap :
1. Mempersiapkan lahan tanaman: tanah dibajak dan diairi bila perlu
2. Menanam tanaman (pertanian dan kehutanan) pada blok-blok lahan yang telah ditetapkan
3. Mengusahakan ternak untuk mendapatkan hasil sampingan dalam menunjang modal usaha agar pengembalian pinjaman menjadi lebih lancar
4. Menanam rumput dan jenis-jenis tanaman lainnya untuk makanan ternak
5. Mencari alternatif usaha sampingan seperti bertukang menjadi buruh pada perusahaan atau sektor usaha lainnya.
2.3. Karakter dari Agroforestry
Menurut Combe dan Budowski (1979) karakter agroforestry sebagai berikut :
1. Produksi pertanian dikaitkan dengan pohon-pohon kehutanan
2. Fungsi yang terpenting diberikan oleh komponen kehutanan
3. Waktu dari kombinasi dan pembagian ruang lahan diukur dari komponen kehutanan.
2.4. Komponen Agroforestri
Ada beberapa komponen Agroforestri yaitu:
• Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems)
Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna (lihat lebih detil pada bagian multipurpose trees) atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahanlahan pertanian (multipurpose trees/shrubs on farmlands, shelterbelt, windbreaks,atau soil conservation hedge) (Susilo,et.al,2003).
Seringkali dijumpai kedua komponen penyusunnya merupakan tanaman berkayu (misal dalam pola pohon peneduh gamal/Gliricidia sepium pada perkebunan kakao/Theobroma cacao). Sistem ini dapat juga dikategorikan sebagai agrisilvikultur. Pohon gamal (jenis kehutanan) secara sengaja ditanam untuk mendukung (pelindung dan konservasi tanah) tanaman utama kakao (jenis perkebunan/pertanian). Pohon peneduh juga dapat memiliki nilai ekonomi tambahan. Interaksi yang terjadi (dalam hal ini bersifat ketergantungan) dapat dilihat dari produksi kakao yang menurun tanpa kehadiran pohon gamal (Susilo,et.al,2003).
• Silvopastura (Silvopastural systems)
Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura, antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products) (Susilo,et.al,2003).
Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang dan waktu yang sama (misal: penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakan pinus, atau yang lebih ekstrim lagi adalah sistem ‘cut and carry’ pada pola pagar hidup/living fences of fodder hedges and shrubs; atau pohon pakan serbaguna/multipurpose fodder trees pada lahan pertanian yang disebut ‘protein bank’). Meskipun demikian, banyak pegiat agroforestri tetap mengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek konservasi dan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponen berkayu pada manajemen lahan yang sama(Susilo,et.al,2003).
• Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems)
Telah dijelaskan bahwa sistem-sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupun ketiga komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud. Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa (khususnya komponen berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people). Tidak tertutup kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung oleh permudaan alam dan satwa liar (lihat Klasifikasi agroforestri berdasarkan Masa Perkembangannya). Interaksi komponen agroforetri secara alami ini mudah diidentifikasi. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah peranan tegakan bagi penyediaan pakan satwa liar (a.l. buah-buahan untuk berbagai jenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan atau regenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan(Susilo,et.al,2003).
Terdapat beberapa contoh Agrosilvopastura di Indonesia, baik yang berada di Jawa maupun di luar Jawa. Contoh praktek agrosilvopastura yang luas diketahui adalah berbagai bentuk kebun pekarangan (home-gardens), kebun hutan (forest-gardens), ataupun kebun desa (village-forest-gardens), seperti sistem Parak di Maninjau (Sumatera Barat) atau Lembo dan Tembawang di Kalimantan, dan berbagai bentuk kebun pekarangan serta sistem Talun di Jawa (Susilo,et.al,2003).
BAB III
ISI
3 ISI DARI JURNAL
Agroforestri yang berada di daerah Maluku juga disebut dengan dusun. Dusun merupakan ciri khas masyarakat maluku tentang sistem pengolahan lahan untuk pertanian. Dusun awalnya hanya digunakan oleh manusia untuk pengolahan sistem perkebunan tetapi yang terjadi sekarang menjadi tempat hidup bagi burung dan mamalia yang endemik di daerah Maluku.
Setiap daerah di kawasan Maluku memiliki sistem Dusun yang berbeda pula seperti beberapa model tanaman buah-buahan dengan tanaman pangan ubi-ubian didaerah Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman rempah-rempahan dan tanaman pangan ubi-ubian di Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh kelapa, pala, dan cengkeh di daerah Maluku Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh pohon buah-buahan di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kenari dan pala di pulau Banda dengan komponen Agrisilvikultur. Kelapa, ubi-ubian, dan pisang di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kayu putih, Imperata silindrica, Adropogon amboniensis, dan Sapi bali di daerah Buru Utara dengan komponen Silvopastoral. Sagu didaerah Maluku Utara dan Tengah dengan komponen silvikultur. Jeruk keprok TNT dipulau Teon, Nila, dan Sarna dengan komponen Agrisilvikultur.
Jenis umbi-umbian yang terdapat disana yaitu Discolorea alata, Discolorea esculentum, singkong, ubi jalar, Colocasia esculentum, Xanthoma sagitifolium, dan Alocasia sp. Jenis pisang yang ada disana yaitu pisang tongkat langit (Musa troglodytorium).
Sistem salvapastoral yang terdapat di pulau di pulau Buru Utara dan Ambon sebenarnya pemanfaatan dari rumput alamiah yang tumbuh subur di daerah tersebut. Sistem dusun di Maluku yang terdiri dari tanaman kenari, kelapa, coklat atau kenari dan pala mungkin lebih cocok disebut agroforest, sedangkan campuran pohon buah-buahan pomoforest/ pomologyforest (pomology = tanaman buah-buahan).
Dalam agroekosistem dusun terjadi sinergisme yang langsung melengkapi dan menguntungkan misalnya: Tanaman menciptakan makanan dan breeding place bagi burung-burung dan mamalia yang mendiami dusun tersebut. Terciptakan iklim mikro yang cocok bagi masing-masing komponen (strata). Menghasilkan senyawa kimia yang mendorong perkembangan dan pertumbuhan tanaman atau senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan gulma (alelopati). Mengendalikan populasi hama, penyakit dan gulma jauh di bawah ambang ekonomis (contoh: cacao moth pada coklat). Mobilisasi unsur hara di dalam ekosistem tersebut. Mengkonservasi air dan mengoptimalkan pemakaiannya. Mengkonservasi berbagai keragaman genetik dengan fungsi yang berbeda dalam menstabilkan ekosistem tersebut
BAB IV
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari isi materi tersebut bahwa sistem Agroforestri mempunyai sebutan yaitu dusun. Seperti sistem Agroforestri lainnya dimana dusun oleh masyarakat Maluku menanam jenis tumbuhan yang berbeda dalam satu lahan perkebunan. Sistem dusun ini juga mendapatkan dukungan oleh pemerintah daerah. Dusun di tiap daerah Maluku memiliki pola jenis tanaman yang berbeda. model tanaman buah-buahan dengan tanaman pangan ubi-ubian didaerah Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman rempah-rempahan dan tanaman pangan ubi-ubian di Maluku Tengah dan Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh kelapa, pala, dan cengkeh di daerah Maluku Utara dengan komponen Agrisilvikultur. Tanaman tahunan campuran yang didominasi oleh pohon buah-buahan di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kenari dan pala di pulau Banda dengan komponen Agrisilvikultur. Kelapa, ubi-ubian, dan pisang di daerah Maluku Tengah dengan komponen Agrisilvikultur. Kayu putih, Imperata silindrica, Adropogon amboniensis, dan Sapi bali di daerah Buru Utara dengan komponen Silvopastoral. Sagu didaerah Maluku Utara dan Tengah dengan komponen silvikultur. Jeruk keprok TNT dipulau Teon, Nila, dan Sarna dengan komponen Agrisilvikultur. Perbedaan itu tergantung dengan kondisi lingkungan tiap daerah yang dimiliki dan tergantung jenis yang ditanam oleh masyarakat lokal. Mulai adanya burung dan mamalia endemik maluku yang hidup di dusun dikarenakan adanya buah dan biji yang bisa dimakan. kualitas sumber daya alam dipertahankan dan agroekosistem secara keseluruhan dipertahankan dari hewan, tanaman dan jasad renik. Tanaman-tanaman dari dusun itu mempunyai beragam ke dalaman akar, ketinggian tajuk, dan kejarangan tajuk. Kebutuhan yang berbeda terhadap suhu, intensitas cahaya, kelembaban tanah, kelembaban udara dan kualitas lahan. Keragaman dalam fungsi itu yang menyebabkan terjadi sinergisme antara komponen yang saling menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Achlil.1981. Beberapa Masalah dan Langkah Pembinaan dan Pengembangan Hutan Serba Guna. Proceeding Lokakarya Pembinaan dan Pengembangan Hutan Serbaguna BPH Disti & UGM : Yogyakarta dikutip dari buku Ekologi Pedesaan buatan Herri Y.Hadikusumah.
Combe,J. and Budowski, G., 1979. Classification of Agroforestry Techniques. Hal 17-47 dalam : Workshop Agroforestry Systems in Latin America, March 1979. CATIE, Turrialba, Costa Rica. 82 h. Dikutip Dalam buku Ekologi Pedesaan buatan Herri Y. Hadikusumah.
Fandeli.1985. Agroforestri. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada: Yogyakarta dikutip dari Ekologi Pedesaan dibuat Herri Y.Hadikusumah.
Iskandar, J. 2014. Manusia Budaya dan Lingkungan-Kajian Ekologi Manusia. Bandung Humaniora press
Siahaya,J.1988. Pengembangan Sistem Agroforestry di Kalimantan Timur. Prosiding Seminar: Agroforestry Untuk Pengembangan Daerah Pedesaan di Kalimantan Timur. Fak. Kehutanan Unmul: Samarinda-Deutsche Gessellschaft Fuer Technische Zusammenarbeit (GTZ) dikutip dari buku Ekologi Pedesaan buatan Herri Y.Hadikusumah.
Susilo, Hadi., Sardjono, Agung., Djogo, Tony., dan Wijayanto, Nurheni.2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) ; Bogor.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar